Posted by Arif Stya Wira Laksana
Naveen (Bruno Campos) adalah seorang pangeran dari negeri Maldonia yang dikutuk menjadi seekor katak oleh seorang penyihir jahat bernama Dr. Facilier (Keith David). Tak ada yang tahu bagaimana cara membalik kutukan ini dan mengubah Naveen kembali menjadi manusia tapi menurut dongeng jika ada seorang wanita yang mau mencium Naveen maka ia akan terbebas dari kutukan ini.
Naveen putus asa karena tak mungkin ia mendapatkan seorang wanita yang mau menciumnya yang kini berwujud seekor katak. Perjalanan Naveen akhirnya sampai ke New Orleans, tempat Tiana (Elizabeth M. Dampier) bekerja menjadi seorang pelayan di rumah makan. Naveen berusaha meyakinkan Tiana bahwa bila ia bersedia menciumnya maka ia akan berubah kembali menjadi seorang pangeran yang tampan.
Celakanya, kisah dalam dongeng tak selalu benar. Bukannya membebaskan Naveen dari kutukan, Tiana malah berubah menjadi katak juga. Kini tak ada pilihan lain buat mereka selain berusaha menemukan Mama Odie (Jenifer Lewis) yang konon memiliki ilmu sihir tinggi dan sanggup membantu mereka berdua.
Saat pertama kali melihat promosi yang dilakukan Disney, muncul keraguan pada masa depan film berjudul THE PRINCESS AND THE FROG. Bagaimana tidak, di tengah peralihan dunia animasi ke arah animasi 3 dimensi tiba-tiba saja Disney meluncurkan film animasi berformat tradisional seperti ini. Tapi ternyata justru di situlah kunci kesuksesan film arahan dua sutradara, Ron Clements dan John Musker ini.
Diperkenalkannya teknologi animasi tiga dimensi memang hanya menjanjikan satu hal saja, tampilan visual yang sangat realistik dan menarik dan inilah yang banyak menjebak para animator dan orang-orang di balik film animasi. Cerita, karakter dan dialog tak lagi jadi hal yang penting. Selama mereka bisa menampilkan adegan yang mampu membuat mata terbelalak maka selesai sudah tugas mereka.
Disney mencoba menunjukkan pada dunia kalau untuk membuat film animasi yang sukses tidak melulu harus bertumpu pada sisi visual saja karena masih banyak faktor lain yang bisa dibuat mendongkrak pamor sebuah film animasi. Diramu dalam pola cerita khas Disney dan dituangkan dalam bentuk naskah oleh tiga penulis yang tampaknya tahu benar bagaimana membuat dialog yang bisa menghidupkan gambar-gambar bergerak ini, hasilnya adalah sebuah tontonan yang menarik meski minus teknologi 3D.(kapanlagi.com)
Download :
Join Pake Hjsplit Download